Kamis, 06 Agustus 2015
bahaya ambisi dunia
Dunia memang menggiurkan, maka tak mengherankan bila (kebanyakan) manusia teramat berambisi mengumpulkan dan menumpuk-numpuk harta. Berbagai macam cara mereka lakukan, dari yang haram sampai cara-cara yang penuh kesyirikan. Lihatlah saat mereka mendatangi dukun-dukun, paranormal dan sejenisnya, karena mengharapkan jampi-jampi, jimat-jimat dari sang dukun agar usahanya dapat sukses. Bagi pedagang, mereka datang ke dukun agar dagangannya laris dan lancar; bagi pengusaha agar bisnisnya lancar dan banyak; bagi pejabat agar jabatannya tetap dan naik terus; bagi para artis minta dipasangkan susuk agar tetap cantik dan menarik. Begitulah seterusnya yang semuanya berujung pada penumpukan materi dan penyembahan harta. Jika sudah seperti ini, harta tak lagi menjadi rahmat, namun menjadi celah turunnya siksa.
Kondisi serba berkecukupan, dan kaya tak jarang membuat seseorang lupa daratan, melampaui batas dan sombong, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an tentang seorang yang bernama Qorun, seorang kaya raya dari Bani Israil (anak paman Nabi Musa -alaihis salam-) yang telah melampaui batas lagi sombong.
Allah berfirman,
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَن اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79) وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80)
“Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa. Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qorun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. (QS. Al-Qoshash :73-80)
Al-Imam Al-Qurtubiy -rahimahullah- berkata, “Allah menerangkan (dalam ayat-ayat tersebut) bahwa Qorun telah diberi perbendaharaan harta yang amat banyak hingga ia lupa diri. Semua yang dimilikinya itu tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah -Ta’ala- sebagaimana pula yang telah dialami oleh Fir’aun”. [Lihat Al-Jami li Ahkam Al-Qur’an (13/321), cet. Darul Hadits]
Para pembaca yang budiman, manusia sendiri merupakan makhluk Allah - سبحانه وتعالى - yang berjati diri amat zhalim dan amat bodoh. Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman,
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا [الأحزاب/72]
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS.Al-Ahzab :72)
Bukti kejahilan dan kebodohan itu, tatkala harta datang kepadanya, ketertarikan hati pun sangat kuat terhadap harta. Sedang harta sering membuat manusia rakus sehingga ia menempuh segala macam cara dalam meraihnya, tanpa peduli halal-haramnya. Semua itu mereka lakukan karena kerakusan dan kecintaan yang mendalam terhadap harta duniawi.
Allah -Ta’ala- berfirman,
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا [الفجر/20]
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS.Al-Fajr : 20)
Perumpamaan bagi orang-orang yang dilanda penyakit cinta dunia, laksana orang yang diberi air di tengah gurun pasir yang tandus. Jika ia diberi setenguk, maka ia ingin selanjutnya sampai perutnya kembung.
Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda,
لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Andai anak cucu Adam memiliki sebuah lembah emas, maka ia menginginkan agar ia memiliki dua lembah emas. Tak ada yang bisa memenuhi (menutupi) mulutnya, kecuali tanah (kuburan). Allah akan memberikan tobat kepada orang yang bertobat”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Ar-Riqoq (no. 6439), dan At-Tirmidziy dalam Az-Zuhd (2337)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkata usai membawakan beberapa hadits yang semakna dengan hadits di atas dari sahabat yang berbeda,
“Di dalam hadits-hadits yang ada dalam bab ini terdapat celaan terhadap sikap rakus dan serakah pada harta. Dari sinilah mayoritas salaf lebih mengutamakan untuk mengambil sedikit (seadanya) dari dunia, merasa cukup dengan harta yang sedikit, dan ridho terhadap sesuatu ala kadarnya”. [Lihat Fathul Bari (11/310), oleh Ibnu Hajar, cet. Darus Salam]
Kecintaan kepada dunia akan membuat pelakunya akan semakin haus terhadap dunia. Detik-detik hidupnya hanyalah memikirkan keindahan dunia yang ingin raih. Hanya saja ia lupa bahwa kerakusan itu akan membuatkan tersiksa batin akibat ia meraih dunia dari sesuatu yang haram, dengan cara yang haram dan untuk tujuan hina, bukan untuk mencapai pahala dan ridho Tuhannya di akhirat.
Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah -rahimahullah- berkata,
قال بعض السلف : من أحب الدنيا فليوطن نفسه على تحمل المصائب ومحب الدنيا لا ينفك من ثلاث : هم لازم وتعب دائم وحسرة لا تنقضي وذلك أن محبها لا ينال منها شيئا إلا طمحت نفسه إلى ما فوقه
“Sebagian Salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia, maka hendaknya ia mempersiapkan dirinya untuk menanggung musibah-musibah. Pencinta dunia tak akan lepas dari tiga perkara: kegalauan yang terus-menerus, rasa penat yang berkelanjutan dan penyesalan yang pernah putus. Demikian itu karena pencinta dunia, tidak meraih sesuatu apapun dari dunia, kecuali jiwanya akan memandang (dengan penuh harap) kepada sesuatu yang lebih dari itu”. [Lihat Ighotsah Al-Lahfan (1/37) oleh Ibnul Qoyyim Az-Zar’iy, dengan tahqiq Muhammad Hamid Al-Faqi, cet. Dar Al-Ma’rifah, 1395 H]
Al-Imam Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata,
هي كالسم يأكله من لا يعرفه وهو حتفه فكن فيها كالمداوي لجراحته يحتمي قليلا مخافة ما يكره طويلا ويصبر على شدة الأذى مخافة طول البلاء واحذر هذه الدار الغرارة التي قد زينت بخدعها وتحلت بآمالها وتشوقت لخطابها وفتنت بغرورها فأصبحت كالعروس المحلاة العيون إليها ناظرة والقلوب إليها والهة والنفوس لها عاشقة وهي لأزواجها كلهم
“Dunia ibarat racun yang dimakan oleh orang yang tak mengenal racun. Padahal racun itu akan membunuhnya. Jadilah engkau di dunia ini laksana orang yang mengobati lukanya, ia berpantang (menghindar) sementara dari sesuatu yang ia benci dalam waktu lama serta bersabar di atas kerasnya rasa sakit, karena khawatir terhadap lamanya bala’. Waspadailah kampung yang menipu ini, kampung yang terhiasi dengan tipuan-tipuannya, berhias dengan angan-angan dunia dan menampakkan kerinduan kepada para peminangnya serta ia (dunia) menggoda dengan segala kepalsuannya. Jadilah dunia laksana pengantin yang terhiasi, mata-mata memandang kepadanya, hati rindu kepadanya, dan jiwa amat cinta kepadanya. Sedang ia (dunia) memang untuk semua suaminya (yakni, pencintanya)”. [HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Awliyaa’ (6/313), Al-Ajurriy dalam Akhbar Abi Hafsh Umar bin Abdil Aziz (hal. 79), Ibnu Abid Dun-ya dalam Az-Zuhd (no. 50)-Syamilah]
Dunia memang berbahaya di saat seseorang terlena dengan keindahan dan kelembutannya. Sebab dunia akan menguasai hati kita dan membuat kita lupa dari tujuan hakiki, yaitu kampung akhirat.
Abu Syuja’ -rahimahullah- berkata,
كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ إِلَى سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ: ” وَأَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّمَا مَثَلُ الدُّنْيَا مَثَلُ الْحَيَّةِ لَيِّنٌ مَسُّهَا يَقْتُلُ سُمُّهَا، فَأَعْرِضْ عَمَّا يُعْجِبُكَ مِنْهَا لِقِلَّةِ مَا يَصْحَبُكَ مِنْهَا، وَضَعْ عَنْكَ هُمُومَهَا لِمَا أَيْقَنْتَ مِنْ فِرَاقَهَا، وَلَكِنَّ أَشَرَّ مَا يَكُونُ لَهَا، فَإِنَّ صَاحِبَهَا قَلَّمَا اطْمَأَنَّ فِيهَا إِلَى سُرُورٍ أَشْخَصَهُ عَنْهُ مَكْرُوهٌ وَالسَّلَامُ ” .
“Ali bin Abi Tholib pernah menulis surat kepada Salman Al-Farisiy, “Adapun selanjutnya, maka hanyalah perumpaan dunia laksana ular, yang lembut bila disentuh, namun racunnya membunuh. Karenanya, berpalinglah dari sesuatu yang menakjubkanmu dari dunia tersebut, karena sedikitnya sesuatu dari dunia yang akan menemanimu. Buanglah dari dirimu kerisauan-kerisauan dunia, karena kamu yakin akan meninggalkannya. Akan tetapi, sesuatu yang terburuk adalah sesuatu untuk dunia. Karena, pemilik (pencinta) dunia, jarang sekali merasa condong di dalamnya kepada kebahagiaan. Dia hanya disambut oleh sesuatu yang ia benci. Wassalam”. [HR. Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (13/179)]
Dunia laksana penyihir yang mampu merusak hubungan di antara manusia. Bahkan dunia lebih kuat pengaruhnya dibandingkan tukang sihir tersebut. Sebab, dunia mampu memutuskan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Alngkah banyaknya orang-orang yang dulu taat dan berbakti kepada Allah. Namun dengan pengaruh dunia ia pun memutuskan segala ketaatannya kepada Allah. Walaupun lisannya dan hatinya yang sudah terborgol dunia akan berkilah, “Kami meraih dunia dengan berbagai rupanya demi mencapai ridhonya”. Sungguh ini adalah kedustaan yang membinasakan pemiliknya, sehingga tak heran bila orang yang berkilah seperti ini semakin hari semakin jauh dari kebaikan, ditimpa berbagai macam cobaan, diberi kesempitan hati –walaupun lahiriahnya memiliki kelapangan-. Namun hatinya sempit akibat ia dikuasai oleh dunia yang hina, dunia yang akan melalaikannya dari mengingat Tuhannya. [Lihat Tashliyah Ahlil Mushob (hal. 248) oleh Al-Manbajiy Al-Hanbaliy -rahimahullah-, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1986 M]
Kesempitan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang jauh dari Tuhannya, bukan hanya di dunia, bahkan akan berlanjut sampai ke akhirat.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127) أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى (128) [طه/124-129]
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya siksa di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”. (QS. Thohaa : 124-129)
Selasa, 23 Juni 2015
DOA QUNUT NAZILAH Dikutib dari Doa Qunud di Makkah Oleh Ust. Ali Bazmul, S.PdI
اَللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَعِيْنُكَ
وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ وَلَا
نَكْفُرُكَ اللهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ
نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إنَّ عَذَابَكَ جِدَّ
بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ وَالشِّيْعَةَ وَمَنْ
مَعَهُمْ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَأَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ
سَبِيْلِكَ اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْن
اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالطُّغَاةَ وَالظَّالِمِيْنَ يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْن اَللَّهُمَّ اِنَّنَا نَجْعَلُكَ فى نُحُوْرِ أَعْدَاءِنَا و
نَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ اَللَّهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُمْ وَ فَرِّقْ
جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ كَلِمَتَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ يَا قَهَّار يَا
جَبَّار يَا مُنْتَقِم يَا الله يَا الله يَا الله.
اللهُمَّ يَا مُنْزِلَ
الْكِتَابِ وَيَا مُجْرِيَ السَّحَابِ وَيَا هَازِمَ الْأَحْزَابِ اِهْزِمْهُمْ
وَاْنصُرْنَا عَلَيْهِمْ.
اَللَّهُمَّ أَنْجِ
الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْن وَ سُوْرِيَا وَ مِيَانْمَار وَسَائِرِ
بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اَللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْلِمِيْن فِيْ كُلِّ
مَكَان اَللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اَللَّهُمَّ
اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى اليَهُودَ الغَاصِبِيْنَ المُحْتَلِّيْنَ اَللَّهُمَّ
اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ اَللَّهُمَّ أهْلِكِ
الصَّهْيُوْنِيَّةَ وَمَنْ وَالَاهُمْ اَللَّهُمَّ أهْلِكِ الصَّهْيُوْنِيَّةَ
وَمَنْ وَالَاهُمْ اَللَّهُمَّ أهْلِكِ الصَّهْيُوْنِيَّةَ وَمَنْ وَالَاهُمْ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ
إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكَ والْمُضْطَهَدِيْنَ فِيْ
دِيْنِهِمْ فِيْ كُلِّ مَكَان اَللَّهُمَّ انْصُرْ إخْوَانَنَا فِيْ فِلِسْطِيْن
وفي رُوْهِيڠيَا اَللَّهُمَّ
انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ اَللَّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ
وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
Artinya :
“Ya
Allah sesungguhnya kami memohon pertolongan dariMU dan kami beriman denganMu,
dan kami bertawakkal kepada Mu, dan kami memuja Mu dengan kebaikan dan kami
tidak mengkufuriMU, Ya Allah hanya engkau yang kami sembah dan kepada Mu kami
menunaikan solat dan bersujud, kepadaMu kami menuju, dan kami menyegerakan
langkah, kami mengharapkan rahmatMu dan kami takutkan azabMu, sesungguhnya
azabMu sangat pedih akan dikenakan kepada orang-orang yang kafir, Ya Allah
azablah orang-orag kafir dan kaum Syi’ah dan orang-orang yang bersekutu dengan
mereka serta Ahli kitab yang menghalangi jalanMU.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum
muslimin, dan hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrik, Ya Allah hancurkan
musuh-musuhMu yang merupakan musuh-musuh agamaMu (Islam), Ya Allah binasakanlah
kekufuran, toghut dan orang-orang yang zalim, Wahai tuhan sekelian alam.
Ya Allah kami jadikan Engkau
dihadapan musuh-musuh kami dan kami berlindung denganMu dari
kejahatan-kejahatan mereka. Ya Allah cerai-beraikan kekuatan mereka,
pecah-belahkan kesatuan mereka, selerakkanlah kalimah mereka, dan goncangkan
kedudukan mereka, Wahai Tuhan Yang Maha Gagah, wahai Tuhan Yang Maha Keras,
wahai Tuhan Yang Maha Membalas, Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.
Ya Allah, wahai Tuhan, yang
menurunkan al-Kitab, wahai Tuhan yang menggerakkan awan, wahai Tuhan yang
mengalahkan tentera al-Ahzab, kalahkanlah mereka (orang-orang kuffar)
dan bantulah kami menghadapi mereka.
Ya Allah, selamatkanlah kaum
muslimin di Palestin di Suria dan di Miyanmar serta di seluruh negri-negri
muslimin, dan Ya Allah selamatkanlah kaum muslimin di semua tempat, Ya Allah
selamatkanlah kaum-kaum yang lemah dari kalangan orang-orang yang beriman, Ya
Allah keraskan balasanMu ke atas orang-orang Yahudi Perampas dan Penjajah, Ya
Allah kenakan ke atas mereka tahun-tahun keperitan seperti tahun-tahun
keperitan pada zaman Nabi Yusuf. Ya Allah hancurkan Yahudi Zionis dan
penyokong-penyokongnya, Ya Allah hancurkan Yahudi Zionis dan
penyokong-penyokongnya, Ya Allah hancurkan Yahudi Zionis dan
penyokong-penyokongnya.
Ya Allah bantulah saudara-saudara
kami para pejuang di jalanMu, yang ditindas kerana agama yang mereka anuti di
semua tempat. Ya Allah bantulah saudara-saudara kami di Palestin dan di
Rohingya, Ya Allah bantulah mereka, Ya Allah bantulah mereka berdepan dengan
musuhMu dan musuh mereka, Ya Allah satukanlah kalimah mereka, dan saf-saf
mereka, wahai Tuhan sekelian alam, Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah
menzalimi diri kami sendiri, jika Engkau tidak mengampunkan kami dan
mengasihani kami, sudah pasti kami akan tergolong dari kalangan orang-orang
yang rug
Dari Anas bin Malik RA:
أَنَّ رِعْلاً
وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ اسْتَمَدُّوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَدُوٍّ فَأَمَدَّهُمْ بِسَبْعِينَ مِنَ
الْأَنْصَارِ كُنَّا نُسَمِّيهِمُ الْقُرَّاءَ فِي زَمَانِهِمْ كَانُوا
يَحْتَطِبُونَ بِالنَّهَارِ وَيُصَلُّونَ بِاللَّيْلِ حَتَّى كَانُوا بِبِئْرِ
مَعُونَةَ قَتَلُوهُمْ وَغَدَرُوا بِهِمْ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو فِي الصُّبْحِ عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ
Mafhumnya: “Bahawa Bani Ri’lin, Zakwan, Usaiyah dan Bani Lahyan
pernah meminta pertolongan dari Rasulullah SAW untuk menghadapi musuh mereka.
Maka baginda menghantar bantuan seramai 70 orang sahabat dari golongan Ansar.
Kami menamakan mereka sebagai al-Qurra, mereka dahulunya mengedarkan makanan
untuk orang-orang yang memerlukan pada siang hari dan banyak menunaikan solat
pada malam hari. Sehinggalah mereka sampai di Bi’ri Ma’unah, tiba-tiba mereka
di bunuh dan dikhanati oleh kabilah-kabilah berkenaan. Apabila berita itu
sampai kepada Nabi SAW, baginda membaca qunut (Nazilah) selama sebulan dan
berdoa dalam solat Subuh untuk dikenakan balasan ke atas jenayah dan
pengkhianatan Bani Ri’lin, Zakwan, ‘Usayyah dan Bani Lahyan.”
(HR
al-Bukhari)
IMAM AHMAD BERKATA, AKAN DATANG SUATU ZAMAN BANYAK ORANG SHOLAT NAMUN PADA HAKIKATNYA MEREKA TIDAK SHOLAT
Allah berfirman
> Wa dzakkir fa Innadz dzikra tanfa’u mu’miniin = Maka
ingatkanlah sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang ber-iman,
dan dalam ayat Allah berfirman > Alaa
bidzikrillahi tathma-innul quluubu= Ingatlah bahwa dengan
mengingat Allah maka hati mernjadi tenang.
Diriwayatkan
bahwa: Thalhah Al-anshory Radliyallahu anhu, pernah ia sholat di kebun miliknya
pada suatu hari, lalu saat ia sholat, ia melihat seekor burung yang keluar
menampakkan diri diantara pepohonan, maka kedua matanya tertuju padanya
sehingga ia lupa berapa rak’at ia sholat…maka dating ia kepada sang tabib
(yakni Rasulullah) sambil ia menangis tersedu-sedu seraya berkata: Yaa
Rasulallah sesungguhnya aku padanganku disibukkan oleh seekor burung didalam
kebunku saat aku sedang sholat sehingga aku lupa berapa rak’at aku sholat, oleh
sebab itu aku jadikan kebunku tadi sebagai shodaqah fii sabilillah terserah
akan kau apakan kebun itu dengan harapan dosaku diampuni.
Demikian juga Abu
Hurairah Ra. berkata : Sesungguhnya ada seorang yang sholat selama 60 th
namun tak satu sholatpun yang diterima..seorang berkata mengapa hal itu bisa
terjadi ? Maka dikatakanlah padanya: mengapa hal itu bisa terjadi ? karena ia
tak menyempurnakan ruku’ sholatnya, tak menyempurnakan sujud sholatnya, tak
menyempurnakan berdiri dalam sholatnya dan tidak menyempurnakan kekhusyu’annya.
Sayyidina Umar ibnul Khatthabpun berkata:
Ada orang yang telah tua dalam Islam, namun ia tidak serak’atpun
menyempurnakan dihadapan Allah !! Lalu beliaupun ditanya mengapa hal itu
terjadi wahai Amiirul Mu’miniin ? lalu beliaupun berkata: ia tidak
menyempurnakan ruku’ sholatnya dan juga sujud sholatnya.
Imam Ahmad ibnul
Hambal Rahimallahu berkata: Akan datang suatu zaman banyak orang yang sholat
namun hakikatnya mereka tidaklah sholat, sungguh aku khawatir jangan-jangan
zaman yang dimaksud zaman ini !!! lalu apa kiat / usaha kami bila menyaksikan
zaman itu wahai Imam ? Lihatlah keadaan kita.
Imam Al-Ghozali
Rahimallahu berkata: Sesungguhnya seorang yang bersujud dengan satu
sujud dan ia mengira dengan sujudnya dia telah bertaqarrub (berdekat diri)
dengan Allah, maka demi Allah ! Seandainya dibagikan dosa-dosa sujudnya itu
pada penduduk suatu negeri maka binasalah mereka ! beliaupun ditanya mengapa
hal itu bisa terjadi ? Lantaran ia bersujud dengan kepalanya dihadapan Tuhannya
sedangkan ia dipermainkan berbagai permainan kehidupan, dipermainkan oleh ma’siatnya,
dipermain oleh syahwatnya, dan oleh kecintaannya terhadap dunianya (hubbud
dunya)…lalu sujud apakah itu ? kilahnya.
Rasulullahpun
bersabda> Waju’ilat qurratu ainii fis sholati = Dan
dijadikanlah kebahagiaanku dan penghibur hati dalam sholat )) Demi Allah atas
kamu !! pernahkah engkau sholat dua rak’at sekali saja, sedangkan dua rak’at
itu menjadi penyebab rasa bahagiamu ????
dan pernahkah engkau merasa bahagia saat engkau berkhalwat dengan Allah
di ruang malam ??? Liahatlah Rasulullah …sebagaimana disampaikan Aisyah bahwa
Aisyah melihat diri beliau sholat sepanjang malam dan berda’wah menuju Allah
sepanjang siang… Lalu Aisyahpun bertanya: Yaa Rasulullah engkau tidak tidur ?? lalu
beliaupun menjawab telah berlalu waktu tidur hai Aisyah !! Para Shahabat berkata: Kami mendengar dari
dalam perut rasulullah disaat beliau sholat, suara desis tangis beliau seperti
air yang didihkan dalam kuali. Lalu merekapun berkata: Seandainya kalian
menyaksikan Sofyan Ats Tsauri disaat sholat niscaya kalian akan mengatakan
bahwa ia sekarang telah mati dikarenakan kekhusyukannya….
Seorang yang bernama Urwah bin Zubair putra
Sayyidah Asma’ saudara perempuan Sayyidah Aisyah Radliyallahu anhum…ia telah
terkena penyakit kangker tulang pada kakinya. Maka seorang berkata padanya:
Engkau harus memotong kakimu hai Urwah sebelum penyakit itu merambat kesekujur
tubuhmu…maka hendaklah engkau meneguk khamar agar engkau tak merasakan sakit ..maka
Urwahpun berkata: Apakah hati dan lidahku tak sadar hingga tak mampu aku berdzikir
dengan keduanya ? Demi Allah aku tak akan pernah mencari maksiat untuk
menghilangkan ketha’atanku…Maka para shahabatnyapun berkata: kalau begitu !!
kami minumkan padamu almungkid / Almukhaddar (zat penghilang rasa sakit/
penghilang kesadaran) maka Urwah berkata: aku tak suka bila sebagian tubuhku
dimutilasi sedangkan aku dalam keadaan tertidur, maka para shahabatnya berkata:
bila demikian aku akan membawa orang-orang untuk menolong memegangi kamu, Urwah
menjawab: tak mendatangkan orang-orang biarlah aku membantumu untuk mengatasi
diriku, mereka berkata: engkau tak akan mampu merasakan sakitnya hai Urwah…kemudian
Urwah berkata: biarkanlah aku sholat !! bila kalian melihatku tak bergerak
pertanda anggota badanku telah tenang dan tunggulah hingga aku sujud, sebab
bila aku sujud seolah aku takkan kembali ke dunia ini, maka mulailah apa yang
hendak kau lakukan terhadap diriku…!! Maka datanglah sang Tabib menunggu…hingga
Urwah sujud, ketika ia sujud maka sang Tabib mulai memotong kaki Urwah dengan
sebuah gergaji, sedangkan Urwah tak sedikitpun menjerat kecuali ia menyatakan
….LAA ILAAHA ILLALLAHU…..RADLIITU BILLAHI RABBAN WABIL ISLAMI DIINAN
WABIMUHAMMADIN NABIYYAN WA RASUULAN…hingga ia pingsang namun ia tidak meronta
karena sakit….setelah ia sadar dari pingsang tiba-tiba para shahabatnya dating
membawa potongan kaki Urwah kehadapannya..lalu ia melihatnya (kaki) tersebut
kemudian berta pada kakinya AKU BERSUMPAH ATAS NAMA ALLAH WAHAI KAKIKU AKU TAK
BERJALAN DENGANMU PADA SUATU YANG HARAM (MAKSIAT), DAN ALLAH MENGETAHUI ITU,
BETAPA SERINGNYA AKU BERDIRI MENGGUNAKAN ENGKAU WAHAI KAKIKU DITENGAH MALAM
MENJALANKAN SHOLAT DIHADAPAN ALLAH….Maka berkatalah salah satu shahabatnya …Hai
Urwah..aku sampaikan kabar gembira bahwa sesungguhnya bagian dari tubuhmu telah
mendahului engkau memasuki surga Allah…lalu demi Allah tak seorangpun yang
menghiburku dengan hiburan yang indah dari hiburan ini pungkas Urwah.
Adapun
Al-Hasan putra Ali bin thalib radliyallahu anhuma apabila memasuki saat sholat
maka tubuhnya gemetaran dan mukanya memucat dan bila ditanya mengapa ..!! iapun
menjawab: TAHUKAH KAMU DIDEPAN SIAPA AKU BERDIRI SEKARANG INI ???? Sayyidina
Ali bin Abi Thalib Ayahnya seringkali gemetaran saat berwudlu, ketika ditanya,
beliaupun menjawab, saat ini dipikulkan diatas pundakku amanat yang pernah
ditawarkan kepada langit dan bumi serta gunung-gunung dan semua itu menolak
amanat itu sedangkan saat ini akulah yang memikulnya (yg dimaksud amanat
kepemimpinan/mengurus ummat).
Pernah
suatu hari Hatim Al-Ashom ditanya: Bagaimana engkau bisa khusyu’ di dalam
sholatmu ? ia berkata: Aku berdiri dan aku bertakbir untuk sholat, dan aku
menghayalkan seolah-olah ka’bah berada tepat didepanku, sedangkan shiroth
(jembatan yang terbuat dari sehelai rambut dibagi tujuh) berada di bawah
telapak kakiku, dan aku khayalkan surge disebelah kananku dan api neraka
disebelah kiriku serta Malaikat maut berada di belakangku….Dan Rasulullah
memperhatikan sholatku, sehingga aku mengira ini adalah akhir dari pada
sholatku, lalu aku bertakbir dengan mengagungkan Allah dan aku membaca
surat-surat al-Qur’an serta memikirkannya kemudian aku ruku’ dengan penuh
ketundukan, aku sujudpun dengan penuh ketundukan dan aku isi sholatku dengan
rasa takut dan kekhawatiran terhadap Allah serta pengharapan akan rahmat-Nya
kemudian aku salam tapi aku tak tau apakah sholatku diterima apa tidak.
Langganan:
Postingan (Atom)