Rabu, 27 Agustus 2014

KISAH EMAS IMAM AHMAD BIN HANBAL

“Wahai Imam, engkau sekarang ini adalah pemimpin umat dan semua orang mengikutimu, Demi Allah jika engkau mengakui al Qur’an adalah Makhluk, niscaya semua orang akan mengatakan yang serupa padamu, dan jika engkau tidak mengucapkanya maka orang banyak tidak mengucapkanya, sementara itu jika engkau tidak mati dibunuh oleh al Ma’mun, toh engkau juga akan mati, bertakwalah pada Allah dan jangan turuti kemauan mereka”

KISAH EMAS IMAM AHMAD BIN HANBAL rahimahullah



Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam beserta para shahabatnya yang mereka ridha pada Allah dan Allah pun ridha pada mereka dan senantiasa akan selalu ada sekelompok yang mengikutinya dan membela mereka, adapun Syi’ah Allah akan laknat dengan kebesaran selaknatNya sesuai keagunganNya, Syi’ah bukanlah bagian dari Islam, Syi’ah adalah Agama Kafir si pembunuh, si pengkhianat, dan sekandung dengan anak monyet Yahudi Laknatullah.

Ujian dalam hidup merupakan sebuah yang lumrah, setiap orang mempunyai ujian, setiap orang mempunyai permasalahan, apapun permasalahan itu dan apapun ujian itu sebaik-baik adalah bersabar, sebaik-baik kesabaran adalah pada pertama kali anda bersikap ketika mendapatkan musibah, Ujian dalam kehidupan tidak menimpa manusia yang awam, ujianpun bisa dating kepada orang-orang ‘alim yakni para ulama terlebih lagi seorang ulama yang berpegang teguh pada aqidah ash shahihah begitu banyak ujiannya baik dari kalangan luar islam seperti kaum Yahud, Nashrani, Syi’ah Rafidhah, serta kaum musyrikin dan dalam islam itu sendiri seperti Kelompok-kelompok sesat , Mu’tazilah, Jahmiyyah, Jabriyyah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah yang mana mereka beranak cucu melahirkan firqah/aliran tersendiri.

Sudah selayaknya kita mendulang faedah dari sikap para ‘ulama yang senantiasa berpegang teguh pada Dien agama ini, terkhusus pada seorang Ulama yang ‘alim, memiliki keutamaan, Pendekar Sunnah beliau Adalah al Imam Ahmad Bin Hanbal radhiyallahu’anhu betapa teguhnya beliau menjaga aqidah ash shahihah, menjaga sunnah Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam, oleh karena itu tatkala kita menghadapi ujian dan mendapatkan cobaan dari Rabb-nya yang sedang mengujinya, maka termasuk yang dapat mendatangkan keteguhan. Allah jadikan ucapan-ucapanya bermanfaat menguatkan setiap langkah, mendatangkan ingatan kepada Allah, perjumpaan dengan-Nya, Surga-Nya dan Neraka-Nya, maka Kisah al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menjadikan kita lebih bersemangat untuk menekuni ilmu syar’I yang membuahkan keteguhan terhadap Aqidah Ashahihah.

Kaum Muslimin rahimahullah.. ketahuilah kejadian pada masa Imam Ahmad Bin Hanbal rahimahullah adalah kejadian yang membuahkan emas bagi sunnah, kejadian yang sunnah hidup setelahnya namun paatut kita renungkan kejadian yang membuahkan emas tentu tidak semudah memperjuangkannya perlu keimanan dan keteguhan serta mengorbankan diri, al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah hidup pada zaman yang mana penguasayang bernama Khalifah al Ma’mun yang mewajibkan pada rakyatnya untuk mengatakan sebuah kalimat kufur yakni ”al Qur’an adalah Makhluk” , dengan keimanan beliau yang kuat berpegang diatasnya dan beliau adalah ulama umat yang membawa banyak kaum muslimin, dimana langkah beliau dalam menanggapi perintah penguasa dzalim al Ma’mun untuk mengatakan “al Qur’an adalah makhluk” ini dinantikan oleh banyak kaum muslimin, kiranya Al Imam mengatakan al Qur’an adalah makhluk maka kaum muslimin serentak mengatakan demikian, namun al Imam Ahmad bin Hanbal dengan keimanan yang kuat tidak mengucapkan kalimat kufur tersebut, dan dengan sikap beliau yang teguh untuk tidak mengatakan al Qur’an Makhluk mengakibatkan beliau di penjara, dirantai serta disiksa oleh pecut yang mana jika pecut itu ditimpa pada anak unta maka anak unta tersebut akan mati, ini membuktikan betapa keras pecutan tersebut pada imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, perlu diketahui kita sebagai muslim wajib mengimani bahwa al Qur’an adalah kalamullah Bukan Makhluk.. al Qur’an adalah perkataan Allah bukan makhluk, dan al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah telah menuliskan disebuah kitab beliau tentang dalil-dalil bahwa al Qur’an adalah Makhluk dalam kitab Ushulus Sunnah.

IMAM AHMAD DIRANTAI DAN DIANCAM DIBUNUH DENGAN PEDANG

Dalam keadaan terbelenggu rantai, Imam Ahmad menghadap penguasa dzalim al Ma’mun sementara hukuman berat telah mengancam dirinya sebelum dia sampai ketempatnya, sehingga pembantu imam ahmad berkata kepada al Imam : “Aku Sungguh khawatir wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), sebab al Ma’mun telah menghunuskan pedangnya yang selama ini belum pernah dia lakukan, dan atas kerabatnya dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dia telah bersumpah, jika engkau tidak menuruti kehendaknya untuk menyatakan bahwa Al Qur’an adalah Makhluk niscaya dia akan membunuhmu dengan pedang tersebut.” [ al Bidayah wan Nihayah 1/332 ]

Dari riwayat diatas mengisahkan bahwa pembantu Imam Ahmad tidak ingin terjadi pembunuhan kepada al imam, maka pembantu al imam memberi usul pada al Imam untuk menuruti perkataan al Ma’mun yang penting hati kita tidak menyetujuinya, Namun al Imam Ahmad tetap teguh pada imannya dan tidak ingin mengucapkan kalimat kufur itu. Disisi lain ada seseorang bernama Abu Ja’far al Anbari, kemudian beliau saking ingin mensuport al imam dalam menghadap al Ma’mun sampai berkorban melewati sungai eufrat,

Abu Ja’far al Anbari berkata : “Aku diberitahu saat Imam Ahmad dibawa menghadap al Ma’mun, maka aku segera menyebrangi sungai eufrat, setelah tiba aku dapati Imam Ahmad ditempatnya, maka aku member salam padanya”

lalu Imam Ahmad berkata padaku : “Wahai Abu Ja’far, engkau telah menyusahkan dirimu,” ( maksud Imam ahmad “Ngapain jauh-jauh kesini, hanya menyusahkan dirimu saja “)

lalu aku menjawab : “Wahai Imam, engkau sekarang ini adalah pemimpin umat dan semua orang mengikutimu, Demi Allah jika engkau mengakui al Qur’an adalah Makhluk, niscaya semua orang akan mengatakan yang serupa padamu, dan jika engkau tidak mengucapkanya maka orang banyak tidak mengucapkanya, sementara itu jika engkau tidak mati dibunuh oleh al Ma’mun, toh engkau juga akan mati, bertakwalah pada Allah dan jangan turuti kemauan mereka”.

Maka Imam Ahmad Menangis seraya berkata “Masya Allah”.

Kemudian beliau berkata : “Wahai Abu Ja’far Ulangilah…”, maka aku mengulanginya dan beliau berkata : “Masya Allah”.

Riwayat diatas menjelaskan betapa pentingnya peran dari seorang Imam Ahmad Bin Hanbal sebagai Ulama pada masa-nya , dengan kata lain bahwa umat senantiasa menunggu fatwa beliau agar kaum muslimin bersikap sesuai fatwa beliau, ini membuktikan al Imam Ahmad adalah Ulama panutan pada masanya sampai-sampai abu ja’far menyeberangi sungai eufrat, yang awalnya al Imam menggap itu perkara yang menyusahkan abu ja’far sedangkan abu ja’far hanya menyampaikan kepada Al Imam untuk mensuport agar tidak mengatakan “al Qur’an Makhluk” maka Al Imam terharu dan menangis. [ Siyar a’lam Nubala]

UMAT ISLAM MENARUH HARAPAN PADA IMAM AHMAD BIN HANBAL rahimahullah

Dalam al Bidayah wan Nihayah, diriwayatkan bahwa seorang baduiberkata kepada Imam Ahmad : “Wahai Imam, engkau adalahutusan umat, janganlah engkau mengecewakan mereka, engkau adalah pemimpin Umat, janganlah engkau memenuhi seruan al Ma’mun ( untuk mengatakan al Qur’an Makhluk ), sehingga mereka akan mengikutimu maka engkau akan menanggung dosa-dosa mereka pada hari kiamat, jika engkau mencintai Allah maka bersabarlah, atas apa yang engkau derita kini, mereka tidak ada penghalang antara engkau dan surga kecuali selain terbunuhnya engkau” Lalu al Imam Ahmad berkata : “Ucapanya semakin menguatkan tekadku atas sikap aku ambil yakni menolak apa yang Al Ma’mun serukan padaku ( untuk mengatakan Al Qur’an Makhluk]” [al Bidayah wan Nihayah 1/332]
Masya Allah sungguh amat terharu penulis mengetik kisah ini, sangat-sangat jauh berbeda keadaan pada kondisi kaum muslimin saat ini, dimana kaum muslimin sibuk dengan pekerjaan dan kesibukan lalu jauh dari para ulama ddan jauh pula dari ilmu, dan tentu berbeda pula keadaan orang yang dianggap ustadz saat ini, berucap kemusyrikan / kekufuran amat ringan dilidah seperti Tawasul pada selain Allah, Istighatsah pada selain Allah, berucap sesuai pada hawa nafsu nya sendiri.

Maka dari sini kita bisa ambil betapa pentingnya peranan ulama ditengah kaum muslimin, dan betapa utama-nya jika kaum muslimin haus akan ilmu syar’i yang dekat dengan para ulama. Sehingga ulama sekaliber al Imam Ahmad dengan aqidah yang penuh, bisa bersabar akan kondisi yang ada meskipun diancam dibunu oleh peguasa, tak akan gentar dalam diri imam ahmad. Sungguh berbeda dengan sebagian kaum muslimin sekarang kesabaran atas kedzaliman penguasa merupakan sifat yang lembek, sifat penjilat dst, padahal seberapa dzalim antara pemerintah kita denga penguasa DIMASA Imam Ahmad, tentu lebih dzalim pada masa Imam Ahmad namun beliau tetap sabar.

MUHAMMAD BIN NUH [ MURID IMAM AHMAD YANG SETIA PADA AL HAQ ]

Suatu hari al Imam bercerita tentang Muhammad bin Nuh, Muhammad bin Nuh adalah seorang murid/reka yang setia dalam ketabahan didalam penjara bersam Imam Ahmad, al Imam Ahmad berkata tentang Muhammad bin Nuh : “Tidak perah aku melihat seseorang dengan usianya yang masih muda dan keterbatasan ilmunya yang lebih lurus daripada Muhammad bin Nuh, aku berharap dia mendapatkan Husnul Khatimah, Muhammad bin Nuh bicara padaku : “Wahai Abu Abdillah, camkanlah sesungguhnya engkau bukanlah sepertiku, engkau adalah orang yang menjadi panutan orang sedang menjulurka lehernya kepadamu menanti apa yang beliau ucapka, bertakwalah pada Allah, dan teguhlah dijalan Allah.” Maka ketika dia meninggal aku menshalati dan menguburkanya [siyar a’lam a Nubala 11/242]

PERKATAAN CAHAYA IMAN DIHATI IMAM AHMAD rahimahullah

Suatu Saat Imam Ahmad berkata dalam penjara :” Aku tidak peduli dengan penjara, bagiku penjara dan rumah sama saja, begitu juga dengan pedag yang akan membunuhku, akan tetapi yang aku takutkan adalah cambukan”. Ucapan Imam Ahmad yang terakhir yakni “akan tetapi yang aku takutkan adalah cambukan”.perkataan ini menjadi perhatian bagi para penghuni penjara lainya, dan salah satu penghuni penjara berkata untuk meghibur kepada Imam Ahmad :”Tidak usah khawatir wahai Abu Abdillah, paling hanya dua kali cambukan, selebihnya engkau tidak aka tahu dibagian mana egkau akan cambuk.”[siyar A’lam Nubala 11/240]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar