Oleh : Ustadz Ali
Muhammad Bazmul
Allah
Swt mengutus Baginda Rasulullah Saw sebagai tanda rahmat-Nya terhadap Alam
semesta ini, beliau menyeru bangsa Arab dan seluruh ummat manusia menuju kemaslahatan
hidup didunia ini dan kemaslahatan hidup di akhirat yang menjadi titik akhir
tujuan dari semua ummat manusia
Baginda
Rasulullah Saw membawa risalah samawiyah untuk membebaskan keterkungkungan
manusia dari segala pengaruh-pengaruh duniawiyah dan materi yang senantiasa
telah mejadikan mereka lupa terhadap nilai fithrah suatu kehidupan dan tujuan abadi
yang merupakan hakikat dari hasil nilai kehidupan itu sendiri, sehingga banyak
dari mereka telah memperhambakan diri kepada kemauan dan kehendak nafsu mereka,
yang pada akhirnya tanpa sadar mereka telah keluarlah perlahan-lahan dari
fithrah mereka sendiri, dan musnahlah segala kemulyaan hidup mereka yang
diberikan Allah, sementara mereka tak ubahnya bagaikan bergulir menggelinding menuju
arah kehidupan yang semu dan tak pasti.
Sedangkan
risalah yang dibawa oleh Baginda Rasulullah Saw merupakan suatu konsep rabbany
untuk mendisain ulang gambar kehidupan manusia yang carut-marut, yang
diakibatkan oleh terlalu jauhnya mereka meninggalkan nilai-nilai rabbaniyah dan
mereka berkubang didalam lumpur kenistaan dan kehinaan yang tanpa sadar mereka
telah kehilangan cahya ruhaniyah, sehingga apa yang mereka hasilkan dan apa
pula yang mereka perbuat tak mendatangkan kepuasan terhadap diri mereka sendiri
apalagi terhadap orang yang berada disekitar mereka, bahkan justru apa yang
mereka perbuat kerap kali menjadikan orang lain merasa terusik rasa kenyamanannya
dan bahkan kehilangan rasa ketentramannya, yang ada hanyalah rasa dongkol dan
kebencian yang senantiasa sering muncul disetiap hati mereka.
Dengan
berbekal risalah samawiyah ini Baginda Rasulullah Saw memulai semua langkah
da'wah-da'wah beliau yang sarat dengan muatan tarbiyyah rabbaniyah yang diabad
ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk menjalin hubungan antar sesamanya
dan hubungan dengan Sang Khaliq, dan hal itu diterapkan oleh beliau sebagai Qudwah
hasanah agar menjadi contoh yang baik dalam menjalankan kehidupan ini, dan hal
ini pula dikemas kedalam konsep da'wah bilhal ya'ni aplikasi dari segala yang
termuat didalam risalah samawiyah. Dan beliau menyalin firman Allah Swt itu
kedalam amalan-amalan dan tindak-tanduk beliau, serta beliau terjemahkan ia
kedalam bahasa perbuatan, sehingga beliau tidak terpaku pada bahasa tulisan dan
bahasa ucapan saja, tapi beliau munculkan kepermukaan menjadi sikap laku dalam
semua aktivitas dan sepak terjang kehidupan beliau, maka pantaslah bila beliau
mendapatkan julukan sebagai Al-Qur'an yang hidup.
Simak kisah
berikut tentang kepribadian yang mulya dari diri Baginda Rasulullah Saw yang
merupakan contoh da'wah bilhal dari beliau : Pada suatu hari disa'at Baginda Rasulullah Saw
telah wafat beberapa bulan sesudahnya, datanglah salah seorang dari sahabat
kental yang selalu membela diri beliau disa'at masih hidup dan sekaligus
sebagai mertua beliau dari istri beliau Aisyah Ra. itulah Abu Bakar Asshiddiq
Ra. kekediam beliau, lalu Abu Bakar Asshiddiq Ra. memanggil putrinya ya'ni Aisyah
Ra. seraya berkata : Hai Aisyah engkau adalah orang yang terdekat dengan
diri Rasulullah Saw dan engkau adalah
orang yang benar-benar banyak mengetahui
tentang diri beliau dan amal Ibadah beliau, sementara aku adalah ayahmu yang
senantiasa pula engkau mengenali siapa aku dan bagaimana amal Ibadahku dalam
keseharianku ! Aisyah Ra dengan tekun mendengarkan apa yang disampaikan
oleh ayahandanya. Lalu Abu Bakar Asshiddiqpun bertanya kepada putrinya dengan
penuh kecemasan khawatir bila ia menselisihi dengan apa yang dikerjakan oleh
Baginda Rasulullah Saw, " Hai Aisyah samakah amal-amal Ibadahku dengan
amal-amal Ibada Rasulullah Saw ? " sesudah
itu Aisyahpun menjawab apa yang ditanyakan pada dirinya oleh ayahandanya : "
Wahai ayahku semua amal Ibadahmu sama persis dengan apa yang dijalankan oleh
Baginda Rasulullah saw, hanya saja ada
satu yang biasa dilakukan oleh beliau namun aku tidak pernah mendapatnya pada
diri ayahandaku " serentak wajah Abu Bakarpun menjadi pucat pasi dan
terperanjat oleh apa yang diucapkan oleh putrinya Aisyah Ra, Lalu dengan nada
memaksa Abu Bakar Asshiddiq bertanya ingin tahu akan hal itu : Apakah itu
wahai putriku ? tolong sebutkan kepadaku, agar aku tidak ketinggalan menjalankannya.
Kemudian Aisyahpun menceritakannya : " Wahai ayahandaku tahukah
engkau ! bahwa setiap hari Rasulullah Saw tanpa sedikitpun absen selalu mendatangi seorang pengemis buta dari
bangsa yahudi yang senantiasa duduk disebuah tempat disudut kota ini dengan membawakan untuknya sebungkus
makanan yang telah aku siapkan untuk beliau bawa " Lalu Abu Bakar Asshiddiq tercengang dengan apa yang
diberitakan oleh Aisyah Ra putrinya sambil sesekali menggeleng-gelengkan
kepalanya keheranan dengan kemulyaan dan kedermawanan Baginda Rasulullah Saw,
kemudian segeralah Abu Bakar berkata : Hai Aisyah ! kini Rasulullah Saw
telah tiada. Maka biarlah aku saja yang akan meneruskan perkara ini sebagai
pengganti beliau agar aku dapat mengamalkan apa yang telah beliau contohkan. Maka
mulai esok harinya Abu Bakar Asshiddiqpun. membawakan makanan tersebut untuk
disampaikan kepada pengemis buta tersebut, dicarinya orang itu sampai kesudut kota hingga
mendapatkannya. Maka sa'at Abu Bakar Asshiddiq Ra menemukannya lalu mengulurkan
tangannya seraya memberikan makanan itu kepada sipengemis buta tersebut tanpa
ada komentar sedikitpun, lalu tak disangka oleh Abu Bakar Asshiddiq Ra ternyata
sipengemis buta itu menolak pemberian Abu Bakar Asshiddiq Ra seraya berkata : "
Wahai tuan bawalah kembali makanan yang tuan berikan kepadaku ini, sebab orang yang biasa memberikan makanan kepadaku selalu menyuapiku sedangkan engkau
berbeda dengannya " Maka Abu Bakarpun heran dan sungguh terkejut
dengan ucapan orang buta ini. Lalu Abu Bakar Asshiddiq Ra pun
mencoba berbuat sbagaimana Baginda
Rasulullah Saw namun itupun sudah berlalu, kemudian
berkata Abu Bakar Asshiddq Ra kepada sang pengemis buta itu : " Hai
bapak tua tahukah engkau siapa Muhammad bin Abdullah itu ?" Lalu sang pengemis buta itu berkata
dengan nada tinggi : " Hai tuan…! Tahukah engkau Muhammad itu adalah
penyihir jahat yang selalu merusak rumah tangga orang lain, dan dia adalah
penipu ulung, dia selalu mempengaruhi orang lain dengan tipuannya agar orang
lain mengikuti segala kejahatan-kejahatannya " Mendengar itu Abu Bakar
Asshiddiq Ra menjadi geram dan sungguh sangat murka pada pengemis buta yang tak
tahu diuntung itu, kemudian Abu Bakar Asshiddiq Ra berkata : Hai bapak tua…!
Sekarang tahukah engkau siapa sebenarnya orang yang selalu menyuapimu itu ?
Pengemis buta itu terdiam sambil menggelengkan kepalanya lalu mnjawab "
TIDAK tuan " kemudian Abu Bakar Asshiddiq Ra berkata : Yah…Itulah
dia Muhammad yang engkau caci dan engkau
cemoohkan itu ! Maka
mendengar ucapan itu, dada pengemis buta
itu rasanya meledak dan menggelora serta berdetak sekeras-kerasnya seraya
berkata : Celakalah Aku…celakalah aku… setiap kali aku disuapi olehnya aku selalu mencaci dan mencemoohkannya, kali ini aku tahu… sungguh aku tahu… bahwa pada dirinya ada tanda-tanda nubuwah yang
sebelumnya aku membencinya kini aku mencintainya, sa'at ini juga aku bersyahadat bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan-Nya. Akhirnya Abu Bakar Asshiddiq
Ra dibuat terharu atas ke Islaman sang pengemis itu dan bersyukurlah dengan kejadian
yang sungguh sangat menggugah hati sang sahabat yang sekaligus sebagai pembela
beliau disa'at beliau masih hidup.
Seperti
inilah da'wah beliau, selalu memikat para pengikut beliau bahkan memikat siapa
saja yang merasakan ajakan langsung beliau, oleh karna beliau adalah sosok
manusia pamungkas yang diri beliau sarat dengan nilai akhlaq, dan sikap beliau
sarat dengan nilai tarbiyah rabbaniyah, yang kesemuanya itu telah diajarkan
oleh Allah melalui firma-Nya :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ( ال عمران :
159 )
Maka
disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu, karna itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad ( dalam suatu
keinginan ) maka bertawakkallah kepada Allah sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
(
S. Ali Imron : 159 )
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari
Muawiyah bin Al-Hakam As Sulami ia berkata :
Ketika Aku sedang shalat bersama-sama
dengan Baginda Rasulullah Saw tiba-tiba ada seorang yang bersin, maka aku
berkata : YARHAMUKALLAH ( semoga Allah merahmatimu ), Kemudian orang-orang
sama-sama memandangiku dengan sinis, lalu aku berkata : Celakalah Ibumu…kenapa
kalian semua memandangiku dengan sinis ? mereka kemudian memukul-mukul paha
merteka sendiri. Ketika aku melihat mereka, ternyata mereka sedang menyuruhku
untuk diam…Ketika Rasulullah saw usai menjalankan shalat ; Demi Bapak dan
Ibuku, sungguh aku belum pernah melihat sebelum dan sesudah kejadian itu seorang
guru yang lebih baik pengajarannya dari pada diri beliau. Demi Allah, beliau
sedikitpun tidak membenciku tidak memukulku, dan tidak memarahiku, beliau
bersabda :" sesungguhnya dalam shalat ini tidak layak ada sedikitpun perkataan
manusia, shalat ini hanyalah untuk bertasbis, bertakbir, dan membaca Al-Qur'an
"
Kemudian dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan Al-Bukhari dari Anas bin Malik berkata :
Suatu ketika pernah aku berjalan
bersama dengan Baginda Rasulullah Saw, beliau sa'at itu memakai selendang Najran
yang kasar ujungnya. Tiba-tiba ada seorang Baduwi yang bertemu dengan beliau,
Lalu menarik selendang beliau dengan kasar, sehingga aku melihat dibagian leher
beliau ada bekas ujung selendang itu akibat tarikan yang kuat tersebut, Orang
itu kemudian berkata :" Wahai
Muhammad ! berikanlah padaku sebagian dari harta Allah yang ada padamu "
Baginda Rasulullah Saw hanya meliriknya, lalu tersenyum dan memerintahkan aku
untuk memberikan sesuatu kepadanya
Demikianlah Sikap lembut beliau yang
kesemuanya itu adalah merupakan sikap yang bernuansa da'wah untuk mentransfer suatu
nilai positif kepada siapapun dan menjadi standart sikap bagi setiap pribadi
yang menyampaikan pesan syariat sehingga terbiaslah cahaya Iman keseluruh
penjuru kehidupan ini yang akhirnya dapat memberikan dampak yang berarti dalam membangun
kehidupan yang damai aman dan sejahtera.
Wallahu a'lam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar